Pengalaman Belanja di Owl Eyewear, Beda!



Apa itu Owl eyewear, Owl eyewear adalah tempat belanja khusus (butik) yang menjual frame/bingkai kacamata dengan layanan gratis lensa hingga minus dan silinder tertentu! Ya bisa dibilang Owl eyewear adalah optik seperti pada umumnya. Hanya saja yang membuatnya berbeda atau kenapa aku sebut dengan “belanja” tanda kutip? Adalah karena konsep optiknya yang baru dan sangat berbeda total dengan konsep penjualan optik pada umumnya yang selama ini kita kenal (optik dengan dagangan frame kacamata dipajang pada meja display kaca dan kita tidak bisa dengan leluasa dan mandiri mengakses/mencoba frame yang mereka jual tanpa bantuan si penjaga optik).

open store concept
Konsep optik yang Owl Eyewear tawarkan adalah dengan model open store concept, yaitu menjual frame kacamata dengan dipajang seperti swalayan modern, yang dalam tokonya menampilkan rak-rak pajangan produk yang banyak dan memenuhi seluruh area optik (yang lebih luas dari optik biasa). Semua frame kacamata yang mereka jual tertata dengan rapi sesuai dengan konsep/tema frame yang mereka buat. Jadi kita sebagai pelanggan bebas memilih frame apa yang dimau dan apa yang menggoda pandangan mata kita. Dan, yang keren adalah kita bebas mencoba frame yang ada dengan leluasa secara swalayan/mandiri tanpa harus menunjuk dan meminta diambilkan oleh penjaga optiknya. Jadi kita bebas mencoba sebanyak-banyaknya frame yang ada di sana, tanpa risih, malu, atau segan karena setelah itu belum tentu kita membelinya. Bahkan kita diperbolehkan untuk foto selfie sepuas-puasnya dengan frame yang sedang kita coba.

penuh dengan cermin
Tempatnya nyaman, luas, banyak cermin untuk kita bercermin sambil melihat model frame yang kita coba, apakah cocok dengan wajah kita atau tidak. Model frame-nya ada ribuan, dimulai dari pilihan warna, bentuk, ketebalan dan ketipisan model frame-nya, juga tema frame yang mereka ciptakan. Waktu aku datang ke sana sedang ada tema yang colorful bernama weekender, model yang mengangkat tema warna-warni musim panas/summer, ada wana kuning nanas, hijau lemon, dan lain-lain.
Membuat penampilan terlihat segar, tapi butuh tingkat PD yang tinggi untuk memakainya karena
tema weekender
penuh warna, yang tidak semua orang berani untuk memakainya. Ada juga tema Smart, frame dengan bingkai tebal dominan warna hitam, yang menurutku itu model untuk mahasiswa atau eksekutif muda kekinian seperti Clark Kent. Dan ada banyak model lainnya yang bisa kamu pilih sesuai selera.

Untuk harga, optik ini bisa dibilang masuk kelas menengah (mid end), karena harganya dimulai dari Rp 699.000,- hingga Rp 1.499.000,- tapi, ada harga ada rupa. Karena dari harga itu kita mendapatkan gratis lensa hingga minus 6 (tapi di Owl eyewear Sumarecon Mall Bekasi diinfokan gratis hingga minus 8, tapi saat ditanyakan ke Owl Kota Kasablanka jawabannya beda, hanya hingga minus 6, sehingga belum jelas sebenarnya gratis lensanya hingga minus berapa). Dan juga gratis lensa silinder tapi lupa sampai silinder berapa gratisnya. Selain itu dengan harga tersebut kita akan mendapatkan kualitas produk yang bagus, Owl memiliki kualitas plastik frame yang fleksibel/lentur tidak mudah patah dan katanya ada teknologi yang membuat plastiknya dapat kembali ke bentuk semula jika plastiknya dibengkokkan/ditekuk. Jadi kalau kita ketiduran saat memakainya, akan aman dan tidak mudah patah frame-nya saat tergencet bantal/kasur. Dan, andaikan benar gratis lensanya hingga minus 8 maka harga yang mereka beri menurutku sepadan dan wajar.

Untuk minus diatas standar 6 atau 8 maka akan dikenakan biaya tambahan yang bervariasi. Ada tambahan biaya Rp 399.000,- untuk upgrade lensa super/ultra high index aspheric lenses (1,67), blue light dan UV protection lenses (1,61), light adaptive aspheric lenses (1,56). Dan tambahan biaya Rp 899.000,- untuk upgrade lensa super/ultra high index aspheric lenses (1,74), transition lenses (1,50), freeform back surface progressive lenses (1,61).

Indra sedang tes frame sebelum dibeli
Pengalaman kemarin waktu aku mengantarkan adikku belanja kacamata di Owl eyewear dengan vonis minus 6,5 kurang dari 7 dengan silinder kurang dari 1, adikku terkena biaya tambahan sebesar Rp. 399.000,- dengan alasan minus lebih dari 6, plus lensa yang ditipiskan dengan indeks ketipisan 1,67 dan tambahan anti radiasi sinar UV pada lensanya. Dengan catatan lensa yang dia beli adalah lensa merk Owl sendiri bukan lensa essilor yang terkenal bagus (untuk lensa essilor ada tambahan biaya lagi). Jadi total yang harus adikku bayar adalah Rp 799.000,- (harga frame) + Rp 399.000,- = Rp 1.198.000,- bagaimana menurut kalian, mahal atau sepadan?

kemasan kacamatanya eksklusif
Setelah jadi hasilnya menurutku sangat bagus dan menurut pengakuan adikku juga nyaman dikenakan, terasa lentur, lensa terlihat tipis walaupun minusnya besar. Dan yang membuat dia lebih senang lagi dengan Owl adalah karena kacamatanya terasa ringan walaupun minusnya besar, katanya beda dengan kacamata dia yang dulu terasa berat dan membebani hidungnya sehingga menciptakan tekanan keras pada batang hidung yang membuat dia sering terasa pusing. Dan yang kerennya adalah proses pembuatan kacamatanya tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 1 jam saja! Dengan catatan lensa yang kita inginkan sedang ready stock
di store-nya. Jika lensa tidak ready stock, maka pelanggan harus menunggu prosesnya bisa sehari atau lebih.

Owl juga memberikan fasilitas pemeriksaan mata gratis bagi siapa saja yang memintanya. Walaupun kita tidak jadi membeli, mereka tetap akan mau melayani pemeriksaan mata tersebut. Tapi untuk pemeriksaan mata gratis ini hanya menggunakan alat pembaca refraksi mata, bukan pemeriksaan akurat dengan lensa sesungguhnya.
istri sedang tes mata gratis
Karena pemeriksaan dengan lensa tersebut hanya diberikan kepada pelanggan yang sudah deal akan membeli produk mereka. Oh iya, kalau tidak salah selama November-Desember 2017 ini mereka memberikan promo diskon 20% untuk pembelian produk kacamata kedua selama 2 minggu sejak pembelian yang pertama dengan syarat metode pembayarannya harus sama dengan metode pembayaran pembelian pertama. Misalnya yang pertama kita bayar dengan Kartu Kredit/Debit Bank tertentu, maka pembelian yang kedua juga harus dibayar dengan kartu tersebut. Untuk pembayaran cash/tunai juga berlaku hal yang sama.

tagline
Sebagai informasi tambahan Owl eyewear ini merupakan perusahaan optik atau merk yang berasal dari Malaysia. Namun produk frame yang mereka jual rata-rata adalah buatan Korea (made in Korea). Dan, secara umum pengalamanku belanja dan coba-coba kacamata di Owl eyewear bersama adik dan istriku sangat menyenangkan dan memberikan sensasi pengalaman berbelanja di optik yang beda!

Jadi, ayo jangan ragu untuk segera mengunjungi dan berbelanja di Owl eyewear! kalau mau coba-coba dulu juga boleh. Datang ke lokasi-lokasinya yang sudah ada di Kota Kasablanka, Summarecon mall Bekasi, supermal Karawaci, summarecon mall Serpong, Grand Indonesia, Aeon mall BSD City, Summarecon mall Kelapa Gading, Pakuwon mall Surabaya, Plaza Ambarukmo Yogyakarta, Trans studio mall Bandung, Tunjungan plaza Surabaya, dan Aeon Jakarta Garden City.

Coco, Budaya Meksiko, dan Siapkan Tisu



Satu lagi film ciptaan Disney di tahun 2017 yang mengambil latar budaya yang anti mainstream di luar kekhasan budaya film Disney. Selain Moana satu film Disney yang juga mengambil budaya yang beda, yaitu budaya orang kulit berwarna dari kepulauan Pasifik. Bukan tokoh Disney yang berkulit putih dari Eropa atau Amerika. Maka, pada 24 November lahirlah film Disney yang mengambil latar budaya minoritas di Amerika, yang dengan terpilihnya Donald trump sebagai Presiden Amerika, suku bangsa ini menjadi dikucilkan dan dibenci oleh presidennya sendiri, yaitu suku bangsa Meksiko dengan orang-orangnya yang memiliki kulit berwarna, coklat.

Ya, film terbaru Disney ini adalah Coco, menceritakan tentang kebudayaan Bangsa Meksiko dengan tokoh utamanya adalah seorang anak laki-laki bernama Miguel Riviera (Anthony Gonzales). Ya! dia bernama Miguel, bukan Coco, dimana biasanya Disney kebanyakan mengambil judul filmnya adalah dari nama tokoh utamanya, seperti Moana, Mulan, Cinderela, dan lain-lain. Maka, selain budayanya yang berbeda dari pakem film Disney, judul filmnya juga diluar pakemnya. Coco menceritakan tentang perjuangan seorang anak yang ingin menjadi pemusik tapi dilarang keras dan “diharamkan” musik bagi Miguel oleh keluarga besarnya, terutama oleh neneknya. Kenapa musik menjadi haram bagi keluarga Miguel? Yuk kita simak ceritanya di bawah ini.

Pada awal film diceritakan awal mula kenapa keluarga besar Miguel mengharamkan musik bagi seluruh keturunannya. Dan kenapa mereka akhirnya memilih profesi sebagai keluarga pembuat sepatu secara turun temurun dari nenek buyutnya (Mama Imelda) hingga saat ini.

Awas spoiler ya, dulu Mama Imelda (nenek buyut, buyutnya Miguel) memiliki seorang suami yang pandai bernyanyi dan memiliki suara yang indah. Dan sang suami ingin menjadikan bakat menyanyinya tersebut sebagai mata pencaharian untuk keluarganya, maka merantau lah sang suami, tapi sejak saat itu sang suami tidak pernah kembali kepada istri dan anaknya. Sehingga Mama Imelda marah besar dan putus asa, karena merasa ditinggalkan dan ditelantarkan oleh suaminya. Sejak saat itu Mama Imelda mulai benci dan anti pada musik dan mulai membuang semua alat-alat musik yang ada di rumah dan merobek foto wajah sang suami. Yang nantinya foto tersebut akan menjadi inti dari cerita film ini. Akhirnya Mama Imelda mulai membuat sepatu untuk menghidupi anaknya dan mulai sukses besar dengan bisnis pembuatan sepatunya.

Sejak saat itulah Miguel percaya bahwa sejatinya dirinya memang ditakdirkan dan dilahirkan di keluarga pembuat sepatu, bukan pemusik. Dan karena neneknya (Mama Abuelita) sangat mengharamkan musik dari Miguel, maka Miguel pun merasa tidak akan pernah bisa menjadi pemusik. Tapi sejatinya di dalam dirinya ada perasaan yang kuat dan membuncah mengenai musik dan menyanyi. Akan tetapi Mama Abuelita bisa menjadi seperti monster saat mendengar musik, banyak adegan lucu tentang bagaimana sang Mama Abuelita ingin menjauhkan seluruh musik dari keluarganya. Perhatikan di awal film ya.

Dan kunci pada film ini adalah (spoiler ya hehehe) perhatikan foto leluhur Miguel yang dipajang paling atas pada altar persembahan (ofrenda) untuk perayaan hari orang mati (Dia de los Muertos-hari saat dunia orang hidup dan orang mati terhubung untuk saling bertemu dan merayakan pertemuannya) yang selalu dirayakan oleh orang Meksiko setiap tahunnya. Foto leluhur Miguel yang tampak wajah Mama Imelda dan seorang anak kecil, dan seorang pria yang wajahnya hilang dirobek dalam foto tersebut. Perhatikan ya, karena dari foto itu lah semua cerita film Coco berputar. Coco adalah film kartun Disney yang mempunyai alur cerita yang bisa dibilang mengejutkan dan memiliki twist yang seru layaknya bukan film kartun anak, tapi seperti cerita drama non kartun. Kalian akan dibuat kaget dengan siapa sebenarnya orang dalam foto tersebut, diakhir cerita akan diungkap dan dibuka semua siapa sebenarnya mereka. Dan akan ketahuan siapakah sebenarnya leluhur Miguel, apakah benar seorang pembuat sepatu ataukah seorang pemusik yang terkenal dan termasyhur di Meksiko, Ernesto de la cruz. Dan siapakah Coco?? Tonton sampai selesai ya, hehehe. Lalu siapa pula tokoh bernama Hector yang ditemui Miguel di dunia orang mati dalam petualangannya untuk mencari siapakah leluhurnya sebenarnya.

Seperti biasa dalam film Disney, dimana selalu akan ada cerita karakter hewan yang muncul untuk menjadi teman setia dari tokoh utamanya. Ada Dante seekor anjing yang selalu setia mengikuti Miguel ke manapun dia pergi, bahkan Dante nantinya akan menjadi seekor Alebrije (hewan mistis penuntun roh di dunia orang mati yang dapat menuntun orang mati untuk kembali ke dunia orang hidup pada hari raya Dia de los Muertos). Tapi, beneran deh ini adalah karakter hewan terjelek yang pernah aku lihat dalam film Disney, karena Dante digambarkan sebagai anjing liar di desa, yang kurus, tidak memiliki bulu, muka lonjong, dan lidah panjang terjulur tidak bisa masuk ke dalam mulut. Anjing buduk. Biasanya karakter hewan dalam film Disney selalu digambarkan lucu, imut, keren, dan menggemaskan, tapi ini beda. Katanya, karakter anjing ini adalah karakter asli anjing Meksiko dari jenis Xoloitzcuintli (susah ya namanya).

Yang menarik dari film ini adalah adanya gambar warna warni yang cerah dan ceria dari dunia orang mati yang dikunjungi oleh Miguel. Digambarkan bahwa dunia orang mati adalah tidak menakutkan dan suram juga angker. Tapi penuh kebahagiaan dan lebih berwarna dari dunia orang hidup. Apalagi jika kalian melihat gambaran dari makhluk mistis Alebrije, maka kalian akan terpana oleh warna-warninya yang terang dan indah mencolok mata, agak aneh bentuknya tapi cantik warnanya. Lihatlah Alebrije milik Mama Imelda, Pepita.

Karena aku tidak tahan untuk menceritakan siapa sebenarnya Coco, walaupun spoiler biarin deh ya hehehe. Coco adalah nenek buyut Miguel yang masih hidup tapi sudah pikun dan lemah fisik (gambar kartunnya sangat nyata dengan keriput dan kerutan kulit nenek yang sudah sangat tua) sehingga dia tidak dapat menceritakan siapa sebenarnya leluhur Miguel. Tapi, jika Coco diceritakan bisa berinteraksi dalam film ini, maka dijamin film ini tidak akan ada, karena jelas semua ceritanya akan tuntas diceritakan oleh Coco langsung tanpa perlu Miguel harus berpetualang di dunia orang mati, hehehe.

Saat petualangan di dunia orang mati inilah semua fakta sebenarnya diceritakan dan diungkap. Bahkan pada adegan inilah siap-siap untuk mengeluarkan tisu guna mengelap air mata yang dijamin akan tumpah saat menikmati cerita puncak film ini. Dipadu dengan lagu-lagu yang apik dan menarik untuk didendangkan bersama, seperti lagu-lagu pada film Toy Story. Untuk aku sendiri, aku lebih menikmati lagu Un Poco Loco yang bernada ceria dan menghibur karena isi lagunya lucu, menceritakan bagaimana orang akan menjadi gila saat jatuh cinta. Juga lagu hits dari Ernesto de la Cruz yang berjudul Remember Me yang dapat membuat ingatan dan kenangan Coco yang pikun bisa hidup kembali dan mulai mengenal siapa saja keluarganya yang ada saat ini. Dan saat itulah, saat ingatan Coco kembali akibat mendengar lagu Remember Me yang didendangkan oleh Miguel, terungkaplah siapa sebenarnya leluhur Miguel. Dan terungkap juga siapa sebenarnya pemilik wajah yang hilang pada foto tersebut. Yang secara mengejutkan ternyata selama ini potongan foto wajah tersebut disimpan oleh Coco pada laci meja di samping tempat Coco selalu berada selama ini. Andaikan Coco tidak pikun, maka Miguel pasti akan segera tahu sejak dulu siapa sebenarnya leluhurnya. Dan tidak terjebak dalam pusaran bisnis sepatu yang bukan merupakan passion/hasratnya.

Oh iya, jangan lupa sebelum film Coco diputar, 21 menit (film pendek yang durasinya tidak pendek) di depan akan ada pemutaran film kartun pendek (yang sekarang manjadi ciri khas dan selalu ada dalam film-film karya Disney-Pixar) tentang Olaf si manusia salju dalam karakter film Frozen. Juga lengkap ada Elsa, Ana, Kristoff, dan Sven si rusa konyol. Tapi menurutku film pendek ini sangat mengganggu, karena film tentang Olaf ini sangat membosankan dan tidak menarik sama sekali. Hanya menceritakan mengenai liburan natal dan tradisi keluarga yang sedang dicari oleh Olaf pada saat natal tersebut. Beda dengan kartun cerita pendek lainnya yang tayang dalam film Disney yang lebih berkesan, unik, singkat tapi mengena, seperti film pendek Lava (cerita tentang gunung yang bernyanyi dan menemukan cintanya yang sebuah gunung juga), Inner Workings (film tentang fungsi kerja otak dan hati pada manusia), Blue Umbrella (cerita romantis payung biru dan merah yang saling jatuh cinta pada pandangan pertama) dan lain sebagainya.

Menurutku, secara keseluruhan film ini adalah film yang menarik untuk ditonton bersama keluarga, tapi bukan merupakan film terbaik karya Disney dan Pixar karena dari jalan ceritanya kurang kuat memberi kesan yang mendalam. Berbeda dengan film Up dan Toy Story. Untuk poin, film ini aku beri nilai 7 dari 10 poin (meniru penilaian model IMDB).

Pengalaman Belanja di Owl Eyewear, Beda!

Apa itu Owl eyewear, Owl eyewear adalah tempat belanja khusus (butik) yang menjual frame/bingkai kacamata dengan layanan gratis le...